Monday, December 17, 2012

Menulis di Shvoong Dapat Royalti Dollar

Apa itu Shvoong?
Shvoong.com, merupakan sebuah situs yang diciptakan untuk menampung berbagai macam resensi yang bersumber dari berbagai macam media, dapat berasal dari buku, film, berita televisi, berita radio, majalah, artikel internet, tulisan ilmiah, dan bahkan berdasarkan pengalaman penulis sendiri.

Asyiknya nulis di Shvoong, karena si penulis dapat royalti. Dua kunci yang wajib dipegang untuk jadi penulis sukses di Shvoong kata sahabat saya penulis Shvoong, adalah pertama, harus membuat tulisan yang bagus atau berkualitas, karena hal ini akan menarik banyak pengunjung datang membaca, kedua, rajin-rajin promo dan dapetin downline atau referal atau disebut Shvoong sebagai "Teman yang diundang" (Friend Invites). Tapi, teman yang pasif tidak cukup membantu mendongkrak royalti yang diperoleh, temukan teman yang punya passion dan semangat dalam menulis.

Shvoong akan memberikan royalti pertama apabila pendapatan yang kita peroleh minimal telah mencapai 10 dollar. Teman saya yang sebut di atas cukup aktif menulis shvoong mengatakan bahwa beliau telah mendapatkan 50-60 dollar per bulan dari Shvoong.

Lumayan bukan, selain melatih kemampuan menulis juga menghasilkan uang tambahan belanja. Kalau tertarik bergabung di Shvoong, silahkan klik link berikut: Shvoong.com

Wednesday, December 12, 2012

Mencari Ilham

Pengen punya buku, tapi ga punya ide untuk memulai sebuah tulisan. Ya, otomatis keinginan tersebut tinggal sekedar angan-angan.

Buntu.
Kendalanya karena ga punya bahan bacaan. Mo ke toko buku, kok rasanya jauh banget, dengan alasan tinggal di kabupaten yang cuma punya atu-atunya toko buku dan itu pun ga lengkap. Ke kota, ga punya waktu!

Aduh, banyak banget sih rintangan untuk menemukan "ilham" di kepala.
Apakah memang sesulit itu mencari ilham untuk merintis sebuah buku atau novel?

Dipikir-pikir, J.K. Rowling ga kesulitan menemukan ilham untuk menghidupkan Harry Potter dalam novel-novelnya. Semua tempat yang beliau singgahi mampu melahirkan semacam ilham dalam otaknya yang cerdas.

Tampaknya, untuk mampu menangkap ilham yang banyak berkeliaran di sekeliling kita, selaku penulis perlu menumbuhkan kadar sensitivitas yang lebih dari orang biasa. Kalau orang biasa melihat jamban di wc bermakna "jamban", seorang penulis bisa menangkap tidak sekedar "jamban". Bisa jadi, jamban itu memiliki mulut yang kemudian mampu melahap orang yang kebetulan jongkok buang air besar di atasnya. Selanjutnya, imaji itu berkembang liar menjadi sebuah kehebohan, karena orang yang raib dimakan jamban menjadi buah bibir masyarakat sekitar, bisa jadi karena si anu yang dimakan jamban pada saat kejadian berlangsung tidak ada saksi. Akibatnya, curiga pun berkembang, si anu yang dimakan jamban diduga menjadi korban seorang warga lain yang selama ini dicurigai warga sebagai pembunuh yang menganut ilmu hitam semacam "Sumanto" yang memakan mayat korban hasil pembunuhannya.

Ilham pun kemudian berkembang menjadi sebuah cerita.
Jadi, masih sulit kah menemukan ilham?

Tuesday, December 11, 2012

Masihkah Aku Ingin Jadi Penulis?

Pertanyaan itu kembali berputar-putar di kepala seperti gasing.

Lingkungan kah yang menghambat rencana hebat tersebut atau memang niatan yang tertanam di dalam diri tidak cukup tangguh untuk menepis segala rintangan atau pun godaan?

Sesibuk apakah seorang ibu rumah tangga yang bekerja? Pastinya tidak lebih sibuk dari seorang Putu Wijaya, Ayu Utami, Dee, Andrea Hirata, atau penulis besar lainnya. Jadi, apa yang menghalangi langkahku untuk tetap menghasilkan tulisan?

Tampaknya bukan kendala yang membuatku sulit untuk konsisten menulis, tetapi motivasi yang tertanam dalam diri tidak lah cukup kuat. Sehingga seringan apapun kendala, pasti akan dengan mudah menggoyahkan tekad yang tampaknya sekeras baja ketika dibangun.

Jadi, masihkah aku ingin jadi penulis?

Tampaknya jawaban semakin kabur dan terasa ragu-ragu.


  

Sunday, October 7, 2012

Dongeng Gerhana (Bagian 1)



Ibu peri Seirra tidak pernah menduga apabila pangeran peri Gerhana harus dilahirkan dengan membawa kutukan dari peri jahat Laksniky. Hanya karena kesalahan Ibu Peri Seirra yang melupakan janji mengundang putera peri jahat tersebut dalam Sayembara pemilihan calon peramal istana peri setahun lalu. Kini pangeran peri Gerhana harus terlahir menjadi ruh tanpa jasad. Dia harus turun ke bumi untuk menemukan  jasad yang tepat bagi tubuhnya bersemayam, agar dia tidak semata jadi ruh yang terus bergentayangan tanpa arti.

Sayangnya, ruh pangeran turun ke bumi sendirian, tidak boleh ditemani punggawa, pelindung, asisten, atau sahabat sekalipun. Itu ketentuan dari kutukan. Pangeran harus menjalankan kutukan itu sendiri. Ibu peri Seirra hanya bisa menjemputnya setelah genap 20 tahun pangeran turun ke bumi. Apabila Ibu  peri Seirra berani melanggar. Pangeran akan dimakan kutukan. Tubuhnya raib menjadi serpihan debu tanpa arti.

Ibu peri Seirra merana. Betapa beliau merasa mempersalahkan dirinya sendiri akibat kebodohannya yang telah menyebabkan puteranya menanggung kesalahan yang tidak pernah diperbuat. Ibu peri Seirra menurunkan hujan selama 7 hari berturut-turut ke bumi menyertai kepergian sang pangeran pertama istana peri kayangan. Riak air langit tersebut tidaklah beringas, hanya terasa sendu dan kelam sepanjang hari oleh umat manusia. Titik-titiknya turun begitu pelan dan halus. Tidak sepoi-sepoi karena tidak ada angin yang menggoyang riaknya. Titik-itik air langit itu hanya dibiarkan luruh dari langit ke tanah. Menghujam tanah dengan penuh rasa penyesalan yang dalam. Berharap bisa menemani perjalanan tanpa arah dari pangeran Gerhana yang belum terhitung bulan lahir ke dunia.

Ruh pangeran melayang-layang dalam gelembung udara yang luruh bersama air langit. Tidak ada tangis yang membahana darinya. Dia hanya pulas tertidur dalam gelembung udara. Terombang-ambing. Berputar. Bergerak ke kiri. Ke kanan. Atau tersangkut di dahan pohon. Gelembung udara tersebut terselubung ajian ajaib seribu peri yang akan melindungi sang pangeran dalam seribu hari pencarian. Ibu peri Seirra merasa takut, pabila pangeran tidak akan mempunyai waktu yang cukup untuk menemukan jasad yang tepat bagi ruhnya yang tidak biasa. 

(Bersambung)

Thursday, October 4, 2012

Thinking Out of The Box

Clara Ng nongol di acara Referensi, Kompas TV, Jumat pagi ini. Jam 08.00 WIB. Pas udah siap ke kantor. Hm, berhubung emang udah terhitung terlambat, kayaknya terlambat lebih dikit sama saja dosanya...hehehe..

Jadi, duduklah dengan manis di muka televisi memandangi Clara Ng. Sosok yang selama ini sering saya dengar, terutama yang berkaitan dengan @ceritamini, sebuah komunitas penulis flash fiction Indonesia di twitter yang terus menjadi pembicaraan.

Ternyata beliau adalah penulis yang menyenangkan. Mengapa demikian?
Sebab semua genre tulisan beliau lahap. Tidak ada kata tidak bisa dalam kamus beliau. Bergaul dengan kaum sastrawan pun semakin mendukung kesukaannya pada dunia menulis. Tetapi dari sekian genre yang tanpa pandang bulu digarapnya. Beliau memfokuskan diri pada genre anak-anak terutama dongeng.

Beliau mengatakan bahwa di Indonesia banyak dongeng atau cerita rakyat yang menarik dari setiap daerah. Tetapi hanya sebatas demikian. Bisa dihitung dengan jari penulis Indonesia yang mengkhususkan diri menggarap dongeng modern.

Padahal mengarang cerita anak-anak kan susah, apalagi kita adalah orang dewasa. Tapi, inilah menariknya Clara Ng. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya menjadi orang dewasa itu sangat menyiksa. Karena DEWASA itu semacam penjara yang membuat diri kita tidak bisa berkelana dengan bebas ke manapun. Tetapi, apabila kita bisa membebaskan DEWASA tersebut dan mengembalikannya ke dunia anak-anak, maka jiwa seperti itu akan bisa menulis cerita anak-anak yang menarik dan berkisah dengan cara anak-anak bertutur.

"Thinking out of the box", maka karya kita tidak akan biasa. Kesimpulan tersebut yang akhirnya saya tangkap dari kecerdasan berpikir Clara Ng.

Selain itu, beliau mengatakan bahwa setiap tulisan atau buku akan menemukan jalannya sendiri untuk sampai ke tangan pembaca. Weits! kok pemikirannya sama dengan saya di Publikasi Itu Wajib, bahwa setiap tulisan memiliki takdirnya masing-masing. Jadi, jangan banyak keraguan untuk menulis. Tulis saja. Pasti ada saja yang akan membaca dan menyukai tulisan tersebut.


Wednesday, September 12, 2012

Makna Merenung Bagi Seorang Penulis

Andai kita mau, menyempatkan diri sejenak, merenungi, niscaya kita akan tahu ke mana kita harus melangkah. Kita lebih memilih bersikap behavioris. Tentang banyak hal. Maka pikiran-pikiran kita pun menjadi dangkal. 
(Erpin Leader, Kepala Kampung Writing Revolution)
Menyimak bahasa tulis sahabat saya satu ini selalu memberikan pencerahan. Saya percaya, beliau adalah seorang penulis yang rajin merenung, yang tidak hanya menggunakan indera mata untuk melihat dunia tetapi juga memanfaatkan mata hati untuk menelanjangi sekitarnya.

Seringkah kamu menemukan penulis-penulis yang menyuguhkan tulisan menggugah atau bahkan menohok langsung ke ulu hati melalui tulisan-tulisan tangannya? Sebut saja Khalil Gibran atau penyair favorit saya Chairil Anwar. Penulis-penulis jenis mereka abadi bukan karena kepandaiannya merangkai kata di atas kertas, tetapi kedalaman renungan mereka terhadap kehidupan. 

Dan yang membedakan penulis-penulis maestro di atas dengan orang-orang awam seperti kita adalah, mereka selalu bisa menghargai "Proses Ilahi" secara luar biasa baru kemudian "Hasil". Mereka tidak berlaku biasa memandang sekitar. Mereka menggunakan segala indera yang dikaruniakan Tuhan untuk membaca dunia. Memahami hidup. Dan mempelajari kehidupan. Hal ini terbukti dari buah pikirannya yang dituangkan ke dalam tulisan.  

Penulis seperti mereka dikarunia Tuhan cahaya hidayah yang tak pernah padam yang menerangi hati dan pikiran mereka. Sehingga tulisan-tulisan mereka pun menularkan penerangan pula bagi orang-orang yang membaca karyanya.

Semoga KITA bisa  termasuk dalam golongan mereka. Amin...

Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencang dan Irit Jupiter Z1

Add Logo Yamaha SEO Competition
Sebagai cewek, emang rata-rata awam banget soal mesin motor. Kebanyakan kaum hawa memilih motor karena alasan penampilan. Bukan karena tuh motor kencang larinya atau irit bahan bakarnya. Tapi modis ga kalo dibawa jalan, biar makin dilirik ma arjuna-arjuna guanteng yang kebetulan ketemu di parkiran. Hehehe..

Tapi, kalau bicara Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencang dan Irit Jupiter Z1, biar dikata kaum hawa cuma paham kosmetik, tas, ama sepatu mahal, kayaknya rugi kalau ga paham soal sepeda motor bebek satu ini. Apalagi kamu-kamu yang tergolong suka “Ngacir Kencang-kencang”. Nih, berhubung bicara ma cewek, pasti warna ama body yang disorot duluan. Maka, Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencangdan Irit Jupiter Z1 menawarkan 5 kombinasi warna yang cantik dengan grafis unik yang keren abiz!
Add Image Yamaha SEO Competition
Sebagai sepeda motor bebek injeksi pertama Yamaha, All New Jupiter Z1, menggunakan tema gold metal dragon heart atau naga emas dari emas yang tengah mencakar. Tema tersebut mengibaratkan sosok naga robot yang dihidupkan teknologi FI yang sarat dengan kecanggihan dan nilai futuristik. Mengusung elemen material metal untuk menghasilkan kesan canggih modern. Grafis unik All New Jupiter Z1 disematkan pada cover side dan leg shield. Desain body  All New Jupiter Z1 bertambah keren dengan tulisan Fuel Injection pada leg shield di sisi kanan maupun kiri. Lalu di dekat front panel ada stiker All New Jupiter Z1.


Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencang dan Irit Jupiter Z1, bukan dominasi buat kaum Adam. Sebagai kaum hawa apalagi yang juga suka balap, mesin baru All New Jupiter Z1 telah meningkatkan performance  hingga 20 persen karena mengadopsi teknologi motor balap YZ Crankshaft Technology, Low Friction Technology dan Forged Piston. YZ Crankshaft Technology meningkatkan akselerasi dan torsi, sudah digunakan di motor trail Yamaha YZ450F. All New Jupiter Z1 yang diluncurkan Yamaha kian sempurna dengan Low Friction Technology yang memperkecil hambatan tenaga akibat gesekan sehingga tenaga mesin menjadi lebih optimal. Forged Piston yang memiliki daya tahan tinggi dan ringan mampu menyalurkan tenaga mesin yang besar serta menjadikan motor lebih mudah berakselerasi.


Sepeda Motor Bebek Injeksi Kencang dan Irit Jupiter Z1, membuat feeling berkendaraan semakin terasa nyaman dikarenakan perpindahan gigi maupun suara mesin terasa lebih halus. Suara knalpot lebih bertenaga. Keunggulan All New Jupiter Z1 lainnya yaitu perawatan lebih mudah dan  lebih irit bahan bakar.

Yamaha membanderol motor berteknologi motor balap dan Fuel Injection (FI) ini dengan dua harga, yakni untuk All New Jupiter Z1 CW (Cast Wheel) dan All New Jupiter Z1 SW (Spoke Wheel). On the road Jakarta dan wilayah sekitarnya, All New Jupiter Z1 CW dinilai seharga 15,1 juta rupiah. Harga ini naik 500 ribu rupiah dibandingkan sebelumnya 14,6 juta rupiah. Sedangkan All New Jupiter Z1 SW mencapai 14,3 juta rupiah, lebih murah 300 ribu rupiah. Tetapi kemampuannya tidak kalah canggih dengan Z1 CW.

Wuih, luar biasa banget kan?

Untuk lebih lengkapnya, silahkan kunjungi http://www.yamaha-motor.co.id/

Thursday, August 30, 2012

STOP! Jadi Penulis Galau

Seorang teman curhat mengenai betapa kesalnya beliau telah menghabiskan nyaris waktu 2 tahun  hanya untuk menunggu. Dengan berbagai alasan karena kesibukan, beliau berusaha menafikan keinginannya untuk menulis. Berjalannya waktu yang terasa sia-sia tersebut, keluhannya semakin panjang, ditambah kecemburuan atas sepak terjang sahabat-sahabat lain yang sudah menebarkan virus-virus tulisan di sekian media massa. Sementara beliau masih nol besar.

Kenapa sih tidak kita habiskan waktu mengeluh itu dengan menulis sesuatu saja? Kenapa sih ukuran sukses jadi penulis itu harus semata karena tulisannya sudah pasti pernah dimuat di media massa? Kenapa kita harus menulis karena kita ingin orang lain melihat diri kita begitu hebat? Apakah hal tersebut bukan sekedar ria semata? Kenapa kita tidak menulis karena kita ingin menulis dan menuangkan renungan-renungan kita tentang hidup dan kehidupan? Kita sudah terlalu galau dengan ambisi yang dimiliki. Kenapa tidak coba kurangi beban agar harapan-harapan yang tulus dalam diri kita bisa keluar dengan bebas dan menghasilkan karya?

Suatu kalimat membuka mata saya dalam memandang hidup terutama tujuan saya menjadi seorang Penulis, kurang lebih bunyinya demikian:

Orang yang mengejar dunia dalam hidupnya hanya akan mendapatkan segelintir dari kehidupan dunia. Sementara Orang yang mengejar akhirat dalam hidupnya akan dikaruniai semua kehidupan dunia oleh Sang Khaliq. 

Jadi, niat dalam menjalankan sebuah tindakan itu perlu. Apakah niat yang kamu serukan dalam hati ketika ingin menjadi penulis?

Siapa saja bisa menulis. Jadi, menulis itu tidak sulit. Disebut penulis, kalau kita menghasilkan tulisan secara rutin. Mau tulisan itu di media massa yang ngasih honor, mau di situs tanpa bayaran, atau di blog yang dikelola sendiri. Ketika kita konsisten menulis, maka kita telah disebut sebagai penulis. 

Seorang sahabat baru yang mengenal saya dari sebuah situs sastra memanggil saya "Penulis", setiap menegur saya di kolom chat di Facebook sapaan "Apakabar penulis?" nyaris tidak dilupakan. Bagi saya, itu suatu kehormatan besar. Sahabat saya tersebut telah menyebut saya penulis, walaupun karya saya masih bisa dihitung jari di media massa. 

Jadi, sekali lagi, pikirkan makna PENULIS yang ada dalam diri Anda?



Wednesday, August 29, 2012

Blog, Langkah Awal Menjadi Penulis Sungguhan


Sebenarnya, aku sudah membuat banyak sekali blog. Tetapi tidak semua aktif digarap. Ada yang kelamaan ga diisi, passwordnya jadi lupa. Ada yang dirasa temanya terlalu sulit, jadi males nulisnya. Ada yang kayaknya ga menggambarkan diri "aku banget", ya ditinggalin gitu aja. Salah satu blog yang paling lama kukelola namanya "Cerita Gopek".

Kenapa "Cerita Gopek"?
Ya, awal mikir, blog ini untuk menuangkan flash fiction (cerita mini) karya sendiri yang jumlah suku katanya tak lebih dari 500 kata. Tetapi lama kelamaan kok keinginan untuk membahas tips menulis jadi lebih kuat. Akhirnya tumpang-tindihlah. Judulnya juga lama-kelamaan kok rasanya kurang elit ya. Kurang keren gitu. Jadi ya, akhirnya mulai ditinggalkan aja. Bosen. Karena juga nulis di Shvoong, akhirnya Cerita Gopek dijadikan alat promosi artikel-artikel yang ada di Shvoong. Lumayan, bisa nambah trafik kunjungan yang tentunya menambah recehan di Shvoong.

Padahal sebenarnya sayang banget Cerita Gopek divakumkan begitu saja. Karena artikelnya udah lumayan banyak dan kumpulan cerita mininya juga tidak sedikit. Tapi ya begitulah mungkin salah satu ciri-ciri penulis ga konsisten (hehehe...).

Tapi, sekarang mau berusaha konsisten dengan blog satu ini. Makanya dikasih judul "Mardiana Kappara" aja. Sub title-nya juga "Berbagi Motivasi dalam Menulis". Maknanya general dan sangat berbau "aku" banget. Penasaran aja untuk mengetahui nasib blog ini dua atau tiga tahun yang akan datang.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan membuat blog, apalagi penulis yang masih pemula:
1. Blog menuntut kita rutin menulis. Mau ga mau kita jadi rajin untuk menulis karena alasan sebuah blog. Bangga banget loh kalau ada yang baca blog dan mengomentari tulisan kita. Apalagi sempat ada yang suka rela bergabung jadi follower.

2. Blog membawa kita pada rencana Tuhan yang tak terduga. Percaya ga percaya, harus percaya. Raditya Dika, salah satu buktinya. Awalnya hanya berupa keisengan. Selanjutnya jadi hal yang serius untuk dilakoni. Mana tahu ketulusan dan keiklasan mengelola blog akan mengantarkan kita pada mata penerbit. Jadi lah buku kita diterbitkan!

3. Tentunya dengan isi yang bermutu dan menarik akan membuat kita jadi terkenal. Percaya deh! Contohnya aja mas Jonru. Beliau terkenal melalui dunia maya. Siapa yang menyangka sebelumnya. Kunjungi aja blog beliau di Jonru.net.


Masih tetap ga yakin untuk buat blog?
Jangan berpikir dua kali. Apalagi sudah niatan jadi penulis. Buatlah blog. Kelola dengan serius dan setia. Suatu saat, kita akan menemukan sebuah jawaban atas ketekunan tersebut. Amin...

Monday, August 27, 2012

Betapa Aku Ingin Berarti

Setiap individu yang berikhtiar untuk menjadi penulis, karena berharap suatu saat tulisannya memiliki nilai tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga buat orang lain. Setiap mimpi penulis adalah mempunyai tulisan yang dianggap orang lain bermakna.

Terasa terpukul sekali apabila setiap tulisan yang telah kita lahirkan cuma berakhir di tong sampah atau teronggok saja di recycle bin komputer. Atau kalau masih sedikit dihargai oleh diri kita sendiri, tertumpuk di file dokumen komputer. Tulisan-tulisan yang dibuat itu sama sekali belum pernah diterima redaktur majalah atau koran manapun. Tidak pernah memenangkan lomba atau sayembara apapun.

Mengeluh lah diri ini tentang "Betapa tidak berartinya AKU sebagai diriku."
Tulisan yang dilahirkan kenapa selalu gagal menyamai maestro sastra ataupun karya penulis best seller di toko buku?
Dimana letak kesalahanku sebagai seorang penulis?

Betapa aku ingin berarti,
tetapi kenapa aku tidak pernah cukup berarti untuk memperoleh perhatian?
Sudah gagal kah aku menjadi seorang penulis?

Tidak ada penulis yang gagal, selama dia mau terus mencoba melahirkan tulisan-tulisan baru. Tidak akan ada tulisan yang tak berarti, selama tulisan itu terlahir dari sebuah proses yang sungguh-sungguh dan penuh dengan ketulusan.

Tidak ada yang bisa menduga nasib sebuah tulisan. Bahkan penulis itu sendiri.
Jadi, ketika ingin menjadi berarti, maka berproses produksilah dengan giat. Isi tulisan dengan kualitas. Kualitas tentu diperoleh dari ilmu dan pengalaman. Untuk itu, perlu perkaya diri dengan ilmu. Tidak ada teori yang menentang bahwa seorang penulis berkualitas pasti juga pembaca berkualitas.

Terus berkarya!


Sunday, August 26, 2012

Harus Ambil Bagian

Sebuah komunitas menulis sedang berkembang.
Beliau menggeliat dari kepompong menjadi kupu-kupu.
Beliau sedang mempelajari ilmu terbang.
Terbang lebih tinggi.
Hingga menggapai bintang.

Berita biasa kah itu?
Bukan. Itu adalah berita luar biasa.
Apakah Anda penulis atau bermimpi menjadi seorang penulis profesional?
Maka berita di atas itu merupakan berita spektakuler.

Apakah saya mengada-ada berbicara demikian. Melebih-lebihkan. Atau bermaksud promosi dikarenakan komunitas tersebut kebetulan adalah komunitas menulis dimana saya lumayan aktif berkecimpung?

Jawabannya, Tidak.
Saya tidak mengada-ada. Sebab berita perkembangan komunitas itu untuk menjadi lebih besar adalah kabar yang sangat spektakuler buat saya. Tentu saya sangat ingin ambil bagian. Karena ambil bagian dari sebuah perkembangan yang besar akan membesarkan diri kita. Mayoritas penulis ternama terlahir dari komunitas yang punya nama. Jadi, jangan sepelekan sebuah perkembangan komunitas, apalagi komunitas dimana Anda menjadi anggotanya.


Sunday, August 5, 2012

Segmen Anak Masih Belum Tergarap Penulis

Ingin menjadi penulis, tentunya perlu menentukan segmen yang ingin digarap. Walaupun penentuan ini bukanlah aturan mutlak yang tidak bisa dilanggar seorang penulis. Tetapi seyogyanya, seorang penulis perlu mengkhususkan diri pada bidang tertentu. Hal ini merupakan salah satu metode pencitraan diri seorang penulis, agar masyarakat menjadi lebih mudah mengenal seorang penulis.

Dalam dunia menulis, ilmu marketing juga diperlukan. Seperti dunia bisnis lainnya, segmen menulis pun terbagi dalam kotak-kotak konsumen tertentu, seperti: segmen usia yang meliputi segmen remaja, anak-anak, dan dewasa. Segmen jenis karya tulis yang meliputi segmen fiksi dan segmen non fiksi. Serta masih banyak lagi pembagian menurut kategori tertentu.

Tetapi, perlu diketahui penulis, saat ini segmen tulisan untuk anak-anak sedang menjadi sorotan penerbit. Lapangan ini kurang begitu digarap oleh penulis, sementara konsumen pembaca anak-anak jumlahnya tidak terbilang sedikit. Apalagi sekarang, ditemukan pihak-pihak tak bertanggung jawab yang menyuguhkan komoditi tulisan tak sesuai untuk anak-anak di bawah umur. Dunia pendidikan pun menjadi sorotan. Himbauan pun semakin ramai terhadap semua pihak yang bertanggung jawab untuk pendidikan generasi masa depan, agar mampu memberikan buku bacaan maupun karya lagu berkualitas untuk anak-anak Indonesia.

Menanggapi kondisi tersebut, beberapa penerbit mulai membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada penulis yang tertarik menerbitkan buku untuk anak-anak. DAR Mizan, sejak lama telah membuka tangan menerima tulisan-tulisan bertema islami untuk anak-anak. Penerbit Bentang pun mendirikan Bentang Belia dan mengadakan lomba menulis untuk anak-anak maupun bertema anak-anak untuk merekrut sebanyak mungkin penulis-penulis berbakat yang tertarik pada kategori tulisan anak.

Sebuah penerbit self publishing, Leutika Prio, pun tak ketinggalan menggarap tema ini. Leutika Prio membuka kesempatan sebesar-besarnya pada penulis yang tertarik pada segmen anak dengan memberikan diskon biaya penerbitan buku serta kesempatan yang luas untuk diterbitkan secara nasional.

Wow, ini kesempatan emas buat yang ingin profesional menjadi  penulis. Tertarik?


Tuesday, July 31, 2012

Nikmati Bergelut dengan Proses

Idenesia, Metro TV, 28 Juli 2012 -- sebuah acara yang dipandu oleh Yovie Widiyanto, mengusung tema "Pena Cinta" mengundang tiga bintang tamu wanita dari ranah menulis, Djenar Maesa Ayu, Albertine Endah, dan Asma Nadia.

Ketiga wanita hebat tersebut telah punya nama di segmennya masing-masing. Djenar Maesa Ayu sendiri merupakan penulis cerpen yang karyanya telah sering mendapat penghargaan sastra. Albertine Endah, penulis biografi yang telah sering bekerjasama dengan orang-orang ternama, dari Ibu presiden Ani Yudhoyono, Crishye, hingga Krisdayanti. Sementara Asma Nadia adalah penulis yang memimpin komunitas penulis terbesar di tanah air.

Melihat sosok-sosok hebat tersebut, menciutkan diri saya. Siapakah saya? Penulis yang tidak mempunyai kelebihan apa-apa. Mungkinkah saya mempunyai kemampuan untuk berada satu meja dengan mereka?  Mungkinkah karya saya bisa sejajar dengan karya mereka suatu saat nanti? Mungkinkah Tuhan memberikan saya kesempatan seperti Tuhan telah memberikan mereka kesempatan? Ah, jelas mereka tidak sama dengan saya, karena Tuhan telah melimpahkan mereka bakat dan nasib.

Pesimis? No Way...

Jangan pernah berpikir sesuatu terjadi begitu saja. Selama itu adalah hasil karya manusia, maka tentu mengalami suatu proses. Sebagai orang lain, kita tidak mengetahui proses tersebut. Hal itu hanya dialami oleh yang bersangkutan sendiri. Orang lain hanya melihat hasil. Karena itu, mengapa seseorang kita anggap hebat dan luar biasa, sementara orang itu sendiri menganggap dirinya biasa saja. Perbedaan pandangan tersebut terletak pada "proses" yang dialami.

Selama membaca biografi penulis-penulis besar, rata-rata proses menulis dilakukan sejak usia sangat muda. Hasrat menulis dipengaruhi keluarga, teman, atau orang-orang terdekat lainnya. Kemampuan menulisnya semakin berkembang karena faktor lingkungan mendukung. Kebanyakan penulis semakin besar setelah bertemu komunitas menulis, teater, ataupun film.

Jadi, jalanilah setiap detail proses dengan sungguh-sungguh. Jangan pernah sepelekan proses. Karena hasil tergantung dari proses yang kita jalani. Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa menjadi penulis. Bakat bukanlah faktor yang paling mempengaruhi untuk sukses di dunia kepenulisan, tetapi kemauan bergelut dengan proses yang panjang untuk menjadi penulis.

"Apabila semua PROSES digampangkan, apa lagi istimewanya sebuah PERJUANGAN." 
(Mardiana Kappara)
 


 


Sunday, July 29, 2012

Publikasi itu Wajib

Kubuka Facebook pagi ini, sebuah tulisan kawan di komunitas menulis terasa menarik untuk kukutip. Bagus sekali "tamparan" yang dia sebutkan sebagai pemecut akan rasa malu dan ragu-ragunya sebagai penulis. Kata yang ditulisnya di wall berkata:

Ada potongan esai Budi Darma yang berhasil "menampar" wajahku malam ini. Tulisannya seperti ini:

"Saya mempunyai teman mengaku dirinya penulis, meskipun saya yakin dia bukan penulis. Dia mempunyai banyak tulisan. Naskah drama, naskah puisi, naskah cerpen, naskah novel. Dia memang hebat.


Tetapi, ternyata satu kali pun dia tidak pernah menerbitkan tulisannya. Setiap kali dia berusaha menerbitkannya, dia merasa ragu-ragu akan kebolehan tulisannya sendiri. Karena itulah dia menyibukkan dirinya dengan menulis kembali naskah-naskahnya. Dia dapat mengubah satu naskahnya sampai beberapa kalai, kalau perlu sampai puluhan kali. Akhirnya dia tidak pernah menyelesaikan apa-apa.

Nasib teman saya ini seburuk nasib Prufrock: selalu bernafsu untuk bertindak, akan tetapi selalu ragu-ragu apakah tindakannya akan benar. Akhirnya dia tidak bertindak apa-apa, kecuali sibuk tak berkesudahan, dengan tulisan-tulisannya sendiri."

*Solilokui, hal. 86. (Gramedia, 1983)
____________________________

"Jadilah penulis yang sungguh-sungguh, bukan yang sembunyi dalam kepura-puraan"

(Erpin Leader, Kepala Kampung Writing Revolution - Komunitas Penulis Online)
 
Ya, banyak pertimbangan yang terlalu kita buat-buat untuk mempublikasikan naskah yang telah ditulis. Bisa jadi, pertimbangan itu lebih karena faktor ketidakpercayaan diri sekaligus ketakutan akan mendapat kritik atau cemoohan. Kalau yang ditakutkan demikian, kita perlu belajar dari pengalaman-pengalaman penulis ternama. Salah satu kejadian yang sempat menghebohkan pada Acara Penganugerahan Cerpen Terbaik Kompas 2010,  Seno Gumira Ajidarma, yang cerpennya yang berjudul “Dodolitdodolitdodolibret”  didaulat menjadi Cerpen Terbaik. Namun beberapa pengkritik sastra menganggap karya tersebut sangat mirip  dengan cerpen Leo Tolstoy berjudul “Three Hermits”. Pro dan kontra mengalir, Seno dianggap plagiat, beberapa yang berpikiran positif, menganggap tindakan Seno itu wajar, karena Three Hermits pun lahir dari sebuah kesimpulan hasil analisa cerita-cerita lisan yang mengalir dari mulut ke mulut. 
Jadi, apa hubungannya dengan esai Budi Darma?
Menjadi penulis itu perlu menafikan segala kekuatiran. Tidak usah takut mempublikasikan. Kalau pun nyatanya kemudian nasib Seno juga menimpa Anda. Selanjutnya cukup dijadikan pelajaran saja untuk menghasilkan karya lain yang lebih baik dan original di masa mendatang. Naskah tulisan itu seperti sajian makanan, soal penilaian rasa tidak mesti sama antara penikmat satu dengan yang lain. 
Semakin berani Anda mempublikasikan tulisan yang dibuat. Semakin Anda menjadi percaya diri sebagai penulis. Melalui blog, website komunitas, atau situs yang memberikan bayaran, BERGABUNGLAH. Dan lahirkan tulisan-tulisan. Percayalah, dari setiap tulisan yang terbit, karya Anda akan membawa takdirnya masing-masing. 
Siapa sangka Raditya Dika menjadi terkenal dengan Kambing Jantan-nya setelah dia menulis di blog. Apa jadinya apabila Raditya tidak punya keberanian untuk mengumbar tulisan-tulisan gokilnya tersebut di blog? Ya, tentu tidak akan ada buku Kambing Jantan atau filmnya diliris. 
Ingat, setiap tulisan membawa takdirnya sendiri. Jadi, lahirkanlah mereka dan publikasikan!

leutikaprio.com - Wajah Wajah Kayu Bapak


Nilai pertama punya keistimewaan dibandingkan nilai kedua, ketiga, dan seterusnya. Pengalaman pertama, memberikan rekaman memori lebih spesial di otak seseorang. Terutama sekali pengalaman yang baik dan memberi kebanggaan pada diri seseorang. Buku pertamaku, Antologi "Wajah-Wajah Kayu Bapak" membuat hasratku semakin kukuh mengasah diri dalam dunia menulis. Tidak peduli apakah cerpenku di dalam antologi itu cukup berbobot sebagai salah satu finalis. Tapi kebanggaan yang dilahirkannya meyakinkanku untuk terus menulis lagi dan lagi karya-karya yang lebih baik dan bermanfaat. Semoga. 

leutikaprio.com - Wajah Wajah Kayu Bapak

Antologi “Wajah Wajah Kayu Bapak” adalah kumpulan 30 nominator Lomba Cerpen Remaja 2011 yang diadakan oleh Writing Revolution. Dalam antologi ini, total berjumlah 32 cerpen, 30 cerpen nominator dan 2 cerpen dari dewan juri. Cerpen-cerpen dalam buku ini mengusung tema remaja dengan berbagai aspek permasalahan yang dihadapinya. Juga ada beberapa cerpen yang mengangkat tema lokalitas, isu masyarakat urban, pencarian jati diri, dan cinta.
 
Topik yang diangkat sangat menarik dan relevan dengan kondisi di lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam buku ini, disuguhkan banyak aspek dari kehidupan dunia remaja. Yang bagaimanapun ternyata sangat kompleks. Hal ini sangat terkait dengan fase pertumbuhan mereka yang sedang mencari jatidiri. Poin menariknya, sebagian besar cerpen ini ditulis oleh penulis yang masih terbilang remaja. Sehingga mereka bisa mendefenisikan dengan baik gejolak remaja yang sedang mereka alami. Tentu hal ini semakin menguatkan posisi tawar cerpen ini dan layak untuk dibaca.

Thursday, July 26, 2012

Self Publishing! Mengapa Tidak?


Sekarang sudah banyak sekali pihak yang menawarkan jasa penerbitan sendiri bagi penulis. Jadi, kayaknya langkah untuk menjadi penulis semakin diperluas dan dimudahkan. Untuk menerbitkan karya, tidak perlu harus mengandalkan penerbit mayor yang notabene kualifikasinya agak sulit, karena harus bersaing dengan karya-karya penulis lain baik yang pemula maupun yang telah punya nama.

Terkadang penerbit mayor lebih mengutamakan nama penulis yang telah terkenal dibandingkan nama-nama baru, walau tidak semua penerbit mayor demikian. Kalaupun tidak mengutamakan siapa penulisnya, biasanya karya yang tertarik diterbitkan penerbit mayor, harus masuk daftar tunggu yang lumayan panjang dan lama. Bisa berkisar 6 bulan lebih hingga 1 tahun.

Solusi lain yang cukup mudah dan cepat untuk bisa menerbitkan buku terutama penulis pemula adalah melalui self publishing. Salah satu Self Publishing yang terdepan di dunia maya, yaitu Leutika Prio. Leutika Prio tidak hanya fokus pada self publishing, penerbit ini juga menjalin kerjasama dengan beberapa penerbit mayor, sehingga penulis self publishing pun karyanya bisa mungkin untuk diterbitkan secara nasional, dan bukunya di pajang di toko-toko buku. Beberapa penerbit mayor yang bekerjasama dengan Leutika Prio, yaitu Leutika, Dahara Prize, Cicero Publishing, dan Penerbit Era Intermedia.

Saat ini, Leutika Prio sedang menggalang buku-buku berkualitas untuk anak-anak yang rencananya akan diterbitkan secara nasional. Sehingga, penulis yang tertarik atau fokus pada dunia literasi anak memiliki peluang besar untuk dilirik karyanya oleh Leutika Prio.

Ayo, goreskan penamu untuk mengukir dunia  (Semangat Menulis)

Thursday, July 19, 2012

Pertikaian 1 Ramadhan

Di negeri tercinta ini, 1 Ramadhan selalu menjadi permasalahan. Dikarenakan agama tidak bisa memaksakan kehendak. Agama adalah keyakinan. Bahkan pemerintah sebagai Ulil Amri harus bersifat bijak. Tapi akibatnya, rakyat yang jadi bingung dan diresahkan. Mungkin terdengar sepele. Cuma masalah hari memulai puasa. Tapi benarkah cukup sepele? Ternyata efek dari hasil sidang isbat mempunyai efek bola salju bagi masyarakat. Seperti sepakbola, masalah Ramadhan pun menimbulkan beberapa masalah lain hingga menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Sulit kah kita membulatkan suara demi sebuah kebersamaan?
Kenapa tidak kita kalahkan saja ego demi kemaslahatan umat?
Benar juga kata Deddy Mizwar, Lucunya Negeri Ini, sampai soal agama pun kita sering tidak kompak cuma lantaran kepentingan. Boleh saja kita berbeda. Tetapi, tidak bisa kah kita redam perbedaan itu jangan sampai menguap ke permukaan. Kayak sebuah hubungan rumah tangga, tak mampu kah kita bertengkar tanpa harus melibatkan telinga tetangga?

Untuk permasalahan seperti ini, sebenarnya sebagai umat kita sedang diuji oleh situasi. Persatuan dan kesatuan sedang masuk dalam ring pertikaian. Bisa jadi ia keluar dengan babak belur atau meninggal sama sekali. Cukup siap kah kita menghadapi kondisi itu?

Modern dan tradisional bisa dijembatani. Tetapi, jembatan itu tetap membutuhkan kelapangan dada dari masing-masing pihak.

Monday, July 16, 2012

3 Mental Penting Sebagai Penulis!

Ga Pe-de jadi Penulis.
Soalnya kata orang penulis bukan pekerjaan. Jadi penulis ga bisa menghasilkan uang. Penulis cuma sekedar pemimpi. Mau jadi apa kalau jadi penulis? (Ya, pertanyaan yang ambigu banget karena di dalamnya udah mengandung jawaban)

Hm, sampai saat ini, di negeri tercinta kita ini, Penulis, tetap tidak punya tempat yang cukup bergengsi seperti pekerjaan lain. Ya, bisa jadi karena cuma segelintir orang yang cukup berhasil jadi Penulis. Seperti entrepreneur, penulis adalah pilihan pekerjaan yang berani dan ber-ego tinggi. Tanpa tekad, Anda tidak akan mampu menghadapi penilaian yang diberikan lingkungan sekitar.

Selain bermodalkan ketekunan untuk terus mengasah kemampuan demi menghasilkan tulisan berkualitas yang mampu dijual, mental sebagai seorang penulis juga harus dipersiapkan ketika ingin menetapkan PENULIS sebagai pekerjaan tetap.

Mental pertama kali yang harus dimiliki seorang penulis adalah KEYAKINAN pada mimpi yang kita bangun. Semisal harapan Anda adalah, bahwa suatu saat nanti Anda bakal menyamai posisi Andrea Hirata atau Habiburrahman El Shirazy. Pupuk terus harapan tersebut. Yakinilah seyakin-yakinnya. Panjatkan terus doa pada Sang Khaliq.

Mental kedua, JANGAN MUDAH MENYERAH. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan membuahkan hasil. Jadi, melangkahlah dari kegagalan-kegagalan. Kalau Donatus A. Nugroho mampu menjadikan pekerjaan menulis cerpen dan artikel di media cetak sebagai sumber penghasilan yang membuat beliau mapan secara materi. Kenapa Anda tidak?

Menulis adalah pekerjaan yang mulia. Selain kesenangan dunia, melalui menulis Anda pun dapat memperoleh kesuksesan akhirat. Mengapa? Sebab apapun agama Anda. Tulisan yang mampu menginspirasi akan memberikan manfaat yang banyak bagi orang lain. Jadi, mental ketiga adalah, jadilah orang yang BERMANFAAT yang sebesar-besarnya bagi orang lain. Bagilah ilmu dan inspirasi dalam tulisan-tulisan yang Anda buat.

Semoga bermanfaat.





Wednesday, June 27, 2012

Penulis Bunuh Diri

Pagi ini mendung tampak menggantung. Koran pagi tidak menyuguhkan satu pun berita menarik. Apalagi televisi yang lagi seru berkata gosip. Kuraih laptop dan mulai berselancar lagi di dunia maya. Jejaring sosial kukuak, selembar email terlayang dari sahabat. Bercerita tentang keluh kesah hendak hengkang dari dunia literasi. Kenapa?
Sakit hati dengan kawan, katanya.
Ada apa?
Entahlah. Aku tidak tahu permasalahan detailnya.

Tapi aku kecewa. Bagiku menulis adalah mimpi termegah. Seperti mimpi seseorang yang sangat bercita-cita ingin jadi dokter atau artis. Bagiku menjadi penulis adalah sebuah mimpi yang terus kupupuk sejak usiaku menginjak bangku sekolah kelas 3 SD. Semenjak aku mulai lancar membaca dan piawai merangkai huruf dalam susunan kalimat di atas kertas. Aku jatuh cinta setengah mati dengan tulisan. Betapa kuingat kawan-kawan berkeluh soal sulitnya mengarang. Aku malah heran dan kupikir matematika jauh lebih sulit dari mengarang. Bahasa Indonesia adalah pelajaran favoritku. Bagai melihat bidadari yang cantik atau pangeran yang sangat tampan, hatiku selalu berbinar melebihi mata memandangi guru bahasa Indonesia. Dua jam terasa singkat dalam kelas. Bahkan hingga kini, kunikmati sastra seperti suatu kebutuhan selain makan atau minum.

Jadi, jujur kukecewa ketika ada sahabat yang mengatakan inign berhenti meraih mimpinya sebagai penulis. Bagiku itu adalah pengkhianatan terbesar. Karena dia membunuh rasa cintanya sendiri. Karena bagiku, membunuh cinta pada menulis seperti menekankan belati sangat dalam pada pembuluh darah di pergelangan tangan. Aku tidak ingin  bunuh diri!

Tapi, tak bisa kusalahkan maunya. Hanya kusayangkan saja. Aku jadi berduka. Padahal dia sedang belajar mengepakkan sayap. Terbangnya pun sudah mulai tinggi. Sedikit lagi. Mungkin dia sudah bisa melanglang buana hingga ke selatan atau utara. Kuharap dia berubah pikiran. Semoga hanya emosi sekejap yang akan hilang kemudian. Seperti embun yang senang bermain di atas daun talas di pagi hari. Di siang hari dia sudah lupa telah bergantung di lembar-lembar lebar itu dengan suka cita.

Semoga dia segera lupa akan niatnya untuk berhenti menulis.
Semoga. Jangan menyerah kawan. Kepak sayapmu masih perlu dibumbungkan lebih tinggi.
Aku berharap dan masih banyak yang lebih berharap...

Sunday, June 24, 2012

Keajaiban Sedekah

Ustadz Yusuf Mansur pernah mengatakan bahwa sedekah itu memiliki keajaiban. Tuhan mengantarkan rezeki kepada hamba-hambanya melalui tangan-tangan sedekah. Tangan-tangan tak terlihat berbicara melalui sedekah.

Karena itu, jadikanlah setiap tindakan baik yang hendak kita lakukan dengan niatan baik dan bersedekah. Jangan mengharapkan balasan terhadap hal apa yang telah kita lakukan. Ujaran teman saya di sebuah komunitas menulis mengharukan saya. Betapa mulia harapan dan mimpi yang dia bangun untuk kehidupan sesama. Menyindir dan menohok pemahaman saya selama ini tentang berkah dan rahmat Allah. Seringkali saya mengeluh tentang betapa tidak adilnya Tuhan terhadap kehidupan saya dan betapa Tuhan membiarkan orang lain menyulitkan jalan hidup saya.

Tulisan di wall sahabat saya itu kemudian membuka mata keluh saya. Selama ini saya terlalu pelit berbagi. Saya terlalu takut untuk memberi. Padahal Tuhan memudahkan sesuatu yang dimudahkan hamba-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang lain.

Padahal sedekah tidak semata harus uang, ilmu pun penting untuk disedekahkan agar menjadi langgeng dan memberi manfaat banyak.

Akhirnya saya pun mulai memperbaiki mainset yang selama ini terbentuk di kepala. Bahwa materi dan kehormatan tidak lah lebih penting ketika kita lupa tentang arti berbagi untuk sesama.

Bermodalkan Tekad

Apa yang membuat seseorang berhasil?
Jawaban pertamanya adalah tekad. Tanpa tekad, uang dan skill tidak punya arti apa-apa. Mimpi tetaplah menjadi bunga tidur selama tekad tidak dibangunkan. Sungguh, tekad merupakan modal yang paling berarti dalam hidup seseorang. Hanya orang-orang bertekad besar yang mampu menafikan keberadaan uang dan lain sebagainya. Bahkan seseorang yang tidak mempunyai skill tetapi mempunyai tekad akan menuju ke arah keberhasilan. Tidak percaya? Coba saja. Kalau Anda tidak bisa membaca tetapi niat kuat untuk mampu membaca. Insyaallah, akan menjadi mampu. Bahkan terkadang kemampuan itu berkembang di luar harapan kita. Dari mampu membaca selanjutnya mampu menghasilkan bacaan. Begitu luar biasanya kehebatan sebuah tekad.

Tapi kebanyakan orang yang memiliki tekad besar sering dicap sebagai pemimpi. Jangan takut ketika Anda dicap demikian. Setiap orang hebat terlahir dari seorang pemimpi. Dan Mereka menjadi besar karena mimpi-mimpi yang mereka bangun menjadi sebuah tekad dan keyakinan untuk mewujudkannya.


Cerpen: Membatu Rasa

Umi dan Abah selalu bertengkar. Sejak kecil sekali aku sering melihat mereka saling tuding jari. Ketika itu aku belum duduk di bangku sekolah. Nyaris setiap pertemuan mereka isi dengan lontaran kata hardik maupun caci-maki satu sama lain. Tidak ada yang merasa lelah. Gurat-gurat amarah dan tegang selalu tergambar di wajah. Tidak pernah ada kehangatan. Tidak pernah ada senyum ataupun tawa.

Kelas 2 SMA, Umi dan Abah akhirnya resmi berpisah. Mereka ke KUA. Menandatangani surat perceraian. Menitipkan aku sementara pada nenek. Ibunya Umi. Umi dan Abah masih belum menemukan kata sepakat tentang hak asuh. Mungkin bagi mereka aku semacam “milik” bukan manusia. Tidak ada satu pun yang merasa pantas untuk bertanya menyangkut pendapatku.


Selengkapnya baca di Annida-Online.com



Cerpen: Kutunggu Dia Pulang

“Bukannya sudah terlalu malam untuk keluar?” Tanyaku memandang jam dinding kamar kami.
“Sebentar. Ada rapat,” jawab suamiku menarik sehelai kemeja yang digantung dalam lemari. Baju itu bermotif kotak-kotak biru lengan pendek. Tadi pagi baru kujahit kancing atasnya karena lepas.
“Rapat? Jam segini?”
Dia menghela nafas sedikit kesal, “Iya.”
“Apa tidak bisa besok?”
“Tidak bisa, Nyonya Juminah, karena besok itu acara sudah harus digelar. Aku ketua panitia, tanggung jawabku untuk memonitor terus persiapan acara hingga hari H.”
“Tapi aku selalu kau tinggal sendiri. Semenjak keguguran itu pun tidak sudi kau temani aku barang sejenak. Apakah duniamu itu terlalu penting dibandingkan aku dan anakmu?”
“Juminah, terimalah kenyataan bahwa kita sudah kehilangan anak kita. Jangan terlalu kau jadikan alasan melankolik.”
“Melankolik? Anak dalam rahimku! Aku bukan bicara soal anak orang lain!” Mataku langsung digenangi airmata. Dadaku sesak penuh kesal.
“Aku berangkat,”
Aku mendengus sebal, “Berangkatlah. Tidak perlu kau bangunkan aku nanti!”
Dia mencibir, “Kau ingin aku tidak pulang? Ok. Aku tidak akan pulang!” Ujarnya menuju ke pintu lalu membantingnya sekuat tenaga.
Kudengar suara mobilnya menderu kencang meninggalkan halaman rumah. Sementara, aku ditinggal terguguh sendiri di dalam rumah. Dadaku terhimpit ribuan batu dan udara seolah enggan mengisi rongga paru-paru. Mataku panas tapi tidak lebih panas dari raunganku yang panjang dan kesepian.

Selengkapnya baca di Annida-Online.com

 

(c)2009 Mardiana Kappara . Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger