Ibu peri Seirra tidak pernah menduga
apabila pangeran peri Gerhana harus dilahirkan dengan membawa kutukan dari peri
jahat Laksniky.
Hanya karena kesalahan Ibu Peri Seirra yang melupakan janji mengundang putera
peri jahat tersebut dalam Sayembara pemilihan calon peramal istana peri setahun lalu. Kini
pangeran peri Gerhana harus terlahir menjadi ruh tanpa jasad. Dia harus turun
ke bumi untuk menemukan jasad yang tepat bagi
tubuhnya bersemayam, agar dia tidak semata jadi ruh yang terus
bergentayangan tanpa arti.
Sayangnya, ruh pangeran
turun ke bumi sendirian, tidak boleh ditemani punggawa, pelindung, asisten, atau sahabat sekalipun.
Itu ketentuan dari kutukan. Pangeran harus menjalankan kutukan itu sendiri. Ibu
peri Seirra hanya bisa menjemputnya setelah genap 20 tahun pangeran turun ke
bumi. Apabila Ibu peri Seirra berani
melanggar. Pangeran akan dimakan kutukan. Tubuhnya raib menjadi serpihan debu
tanpa arti.
Ibu peri Seirra merana.
Betapa beliau merasa mempersalahkan dirinya sendiri akibat kebodohannya yang
telah menyebabkan puteranya menanggung kesalahan yang tidak pernah
diperbuat. Ibu peri Seirra menurunkan hujan selama 7 hari berturut-turut ke
bumi menyertai kepergian sang pangeran pertama istana peri kayangan.
Riak air langit tersebut tidaklah beringas, hanya terasa sendu dan kelam
sepanjang hari oleh umat manusia. Titik-titiknya turun begitu pelan dan halus.
Tidak sepoi-sepoi karena tidak ada angin yang menggoyang riaknya. Titik-itik
air langit itu hanya dibiarkan luruh dari langit ke tanah. Menghujam tanah
dengan penuh rasa penyesalan yang dalam. Berharap bisa menemani perjalanan
tanpa arah dari pangeran Gerhana yang belum terhitung bulan lahir ke dunia.
Ruh pangeran
melayang-layang dalam gelembung udara yang luruh bersama air langit. Tidak ada
tangis yang membahana darinya. Dia hanya pulas tertidur dalam gelembung udara. Terombang-ambing. Berputar. Bergerak ke kiri. Ke kanan.
Atau tersangkut di dahan pohon. Gelembung udara tersebut terselubung ajian ajaib
seribu peri yang akan melindungi sang pangeran dalam seribu hari pencarian. Ibu
peri Seirra merasa takut, pabila pangeran tidak akan mempunyai waktu yang cukup
untuk menemukan jasad yang tepat bagi ruhnya yang tidak biasa.
(Bersambung)
0 comments:
Post a Comment