“Akhirnya kami memutuskan 33 tokoh sesuai yang kami sepakati,”
papar Jamal D. Rahman, Ketua Tim 8 penyusunan Buku "33 Tokoh Sastra
Indonesia Paling Berpengaruh" saat diskusi dan launching buku di PDS H.B
Jassin Taman Ismail
Marzuki Jakarta, Jumat (3 Januari 2014).
Adapun, ke-33 tokoh sastra Indonesia paling berpangaruh yang menuai pro dan kontra tersebut antara lain:
1. Kwee Tek Hoay
2. Marah Roesli
3. Muhammad Yamin
4. HAMKA
5. Armijn Pane
6. Sutan Takdir Alisjahbana
7. Achdiat Karta Mihardja
8. Amir Hamzah
9. Trisno Sumardjo
10. H.B. Jassin
11. Idrus
12. Mochtar Lubis
13. Chairil Anwar
14. Pramoedya Ananta Toer
15. Iwan Simatupang
16. Ajip Rosidi
17. Taufik Ismail
18. Rendra
19. NH. Dini
20. Sapardi Djoko Damono
21. Arief Budiman
22. Arifin C. Noor
23. Sutardji Calzoum Bachri
24. Goenawan Mohammad
25. Putu wijaya
26. Remy Sylado
27. Abdul Hadi W.M.
28. Emha Ainun Nadjib
29. Afrizal Malna
30. Denny JA
31. Wowok Hesti Prabowo
32. Ayu Utami
33. Helvi Tiana Rosa
Nama Denny Januar Ali alias Denny JA, seorang tokoh di Indonesia yang lebih dikenal sebagai konsultan politik sekaligus pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) kini meramaikan dunia sastra.
Denny JA, dianggap telah melahirkan genre baru dalam penulisan puisi, yakni "Puisi Esai". Sebuah bukunya berjudul "Atas Nama Cinta" menurut Sapadri Djoko Damono, penting untuk dicatat sebagai perkembangan puisi tanah air. Denny JA dianggap menawarkan cara penulisan puisi yang baru dan berbeda.
Di media cetak dan jejaring sosial, hal ini menjadi perdebatan hebat. Beberapa bahkan menganggap hal ini sebagai pelecehan terhadap sastra yang dinilai sebagai suatu hal yang lahir dari hati nurani dan kejujuran. Tentulah demikian seni dimaknai. Tetapi, orang menjadi banyak kecewa ketika seni pun dijadikan alat untuk mengusung sesuatu selain "cinta dan rasa".
Kekecewaan sastrawan dan penikmat sastra semakin gulana, soalnya Tim 8 yang menjadi juri untuk menetapkan tokoh 33 sastrawan tersebut bukanlah orang biasa. Anggota Tim 8 tersebut
adalah Jamal D Rahman, Acep Zamzam Noor, Agus R Sarjono, Ahmad Gaus,
Berthold Damshäuser, Joni Ariadinata, Maman S Mahayana, dan Nenden Lilis
Aisyah. Nama-nama tersebut sudah tidak diragukan lagi sepak terjangnya dalam sastra sebagai pelaku dan kritikus, tetapi dianggap tidak berpihak secara jujur dalam menilai sastra.
Tetapi, ya mboh! kata orang jawa. Kalau saya sih, cukup salut juga untuk Denny JA atas kehebohan yang telah berhasil diciptakannya. Kesampingkan dulu soal mutu atau label originalitas yang mampu dihasilkannya dalam karya sasta. Tetapi, Denny JA telah berhasil melakukan satu trik sastra yang paling penting dan sulit, yaitu membetot dan menarik perhatian banyak orang untuk melongo karyanya. Kehebohan memang penting, terutama di awal. Bukankah terkadang sebuah karya bukan sekedar mutu yang membuatnya dikenal dan jadi bahan pembicaraan tetapi juga "kekisruhan" yang diakibatkan karya tersebut bagi khalayak.
2 comments:
waduh.. Deny JA masuk ya?? soalnya masih kontrofersi tuh tentang puisi esay.. ada yang mengatakan sebenarnya puisi esay itu sudah ada sejak jaman yunani kuno, dengan ditemukannya puisi esay di kota pompey. kalau tidak salah sih begitu.. tapi gak tau lagi deh.. hehehe
ya, begitulah... Denny JA dianggap penggagas puisi essay di Indonesia ---> Dengan terbitnya buku yang penuh kontroversi di atas. salam kenal. terima kasih telah mampir..
Post a Comment