Thursday, March 14, 2013

Menulis Fiksi Tidak Berarti Mengabaikan Fakta

Saya menyukai kritik. Bagi saya kritik seperti coklat. Sangat nikmat dikunyah tetapi juga punya efek bagus mengurangi stress sekaligus menutrisi otak.

Satu kali saya coba mengirimkan cerpen saya di komunitas penulis di sebuah group di Facebook. Saya ingin mengukur kemampuan saya tentunya. Saya kirim sebuah cerpen yang sudah pernah diterbitkan di majalah online remaja yang cukup punya nama. Saya kira, tentulah cerpen saya tersebut tidak bakal membuat saya malu. Ternyata dugaan saya salah besar.

Hujanan kritik mengguyur deras. Banyak cacat pada bangunan karya fiksi tersebut. Banyak fakta yang salah saya cantumkan. Sebuah tamparan keras untuk saya. Tapi sungguh, itu tamparan yang baik untuk menyadarkan saya bahwa sebuah karya fiksi tidak semata mengandung cara bertutur yang mengalir dan pilihan kata yang baik, tetapi juga lampiran fakta yang akurat. Sebab unsur-unsur itu saling mendukung satu sama lain yang pada akhirnya melahirkan sebuah cerpen yang utuh.

Menulis fiksi, bukan berarti kita jadi mengabaikan fakta. 

Saya jadi ingat kembali sebuah catatan lain yang saya tulis sebelumnya, dan catatan tersebut bermaksud mengingatkan tentang pentingnya fakta dalam fiksi. Entah bagaimana saya bisa melupakan hal itu! Fakta dan Fiksi.

Tetapi memang, untuk menjadi ahli, tidak ada kata untuk berhenti belajar. Sampai kapanpun.
Syukurlah akhirnya saya punya keberanian untuk membedah cerpen saya di forum tersebut. Apabila tidak, mungkin sampai detik ini, saya masih terus merasa puas dengan karya saya. Padahal masih banyak yang perlu diperbaiki dan dibenahi.

Saya masih terus berharap mampu menghasilkan sebuah karya yang berkualitas namun juga mampu menginspirasi pembaca.
Semoga.
Amien...

2 comments:

Keke Naima said...

berarti walopun fiksi, survei dan cari tau fakta tetep perlu, ya :)

Mardiana Kappara said...

betul banget. fiksi juga berfungsi sama dengan non fiksi kok, memberikan ilmu dan informasi yang benar bagi pembaca.

lagi pula, fakta yang benar membuat cerita kita makin apik dan bermutu.

Post a Comment

 

(c)2009 Mardiana Kappara . Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger